a. Pengertian
Takabbur atau sombong adalah lawan kata dari tawaddu' atau rendah hati. Rasulullah SAW mendefinisikan “takabbur” sebagai sikap “menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”. Pengertian itu Nabi sampaikan kepada orang yang mempertanyakan sikap salah seorang sahabat yang suka memakai baju dan sendal bagus. Sabda Nabi : Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Takabbur adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. HR. Muslim. Dan Rasulullah pernah bersabda: " Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sifat takabur walalaupun hanya sebesar biji sawi".
b. Macam-macam takabbur (dan contoh perilakunya)
1. Takabbur kepada Allah
Inilah bentuk takabbur terburuk, seperti yang pernah dilakukan oleh Namrud, Fir’aun dan sejenisnya.
a) Surat Al Mu’min ayat 60
يَسْتَكْبِرُونَ الَّذِينَ إِنَّ لَكُمْ أَسْتَجِبْ ادْعُونِي رَبُّكُمُ وَقَالَ
دَاخِرِينَ جَهَنَّمَ سَيَدْخُلُونَ عِبَادَتِي عَنْ
Artinya : Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina".
b) Surat Thaahaa ayat 60
أَتَى ثُمَّ كَيْدَهُ فَجَمَعَ فِرْعَوْنُ فَتَوَلَّى
Artinya : Maka Firaun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang.
2. Takabbur kepada Rasul
Yaitu sikap tinggi hati, menolak mengikuti dan mematuhi Nabi, karena menganggapnya sebagai manusia biasa (QS. 23:34, 36:15). Seperti yang dinyatakan kaum kafir Quraisy kepada Nabi : “Bagaimana kami bisa duduk di sisimu hai Muhammad, sementara yang ada di sekitarmu orang-orang faqir”
Surat Yaasin ayat 15 :
تَكْذِبُونَ إِلا أَنْتُمْ إِنْ شَيْءٍ مِنْ الرَّحْمَنُ أَنْزَلَ وَمَا مِثْلُنَا بَشَرٌ إِلا أَنْتُمْ مَا قَالُوا
Artinya : Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka".
3. Takabur atas sesama manusia
Yaitu dengan membanggakan diri dan meremehkan orang lain. Takabbur ini meskipun tidak seberat yang pertama dan kedua, namun masih sangat berbahaya karena :
- Kebesaran dan kehormatan hanya milik Allah, selainnya lemah dan terbatas.
- Ketika seseorang takabbur, ia merampas salah satu sifat kebesaran Allah.
c. Faktor penyebab berbuat takabbur
1. Ilmu
Takabbur karena ilmu sangat mudah terjadi, yaitu dengan munculnya perasaan lebih mulia dari orang lain. Atau merasa telah mendapatkan tempat mulia di sisi Allah dengan ilmunya (QS 58:11). Ia lebih mengkhawatirkan orang lain daripada diri sendiri. Kesombongan karena ilmu ini mudah terjadi karena dua hal :
a) ilmu yang dipelajari bukan ilmu hakiki. Karena hakekat ilmu adalah yang mampu memperkenalkan manusia akan Rabb-nya, keadaan ketika bertemu Allah dan hijab yang menghalanginya dari Allah. Ilmu yang demikian akan melahirkan sikap tawadhu’(rendah hati) bukan takabbur. QS 35:28
Surat Fathir ayat 28 :
إِنَّمَا كَذَلِكَ أَلْوَانُهُ مُخْتَلِفٌ وَالأنْعَامِ وَالدَّوَابِّ النَّاسِ وَمِنَ اللَّهَ غَفُورٌ عَزِيزٌ اللَّهَ إِنَّ الْعُلَمَاءُ عِبَادِهِ مِنْ يَخْشَى
Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.
b) keadaan hati yang kotor saat menuntut ilmu, sehingga salah niatnya dan jadilah takabbur dengan ilmu yang didapatnya.
2. Amal Ibadah
Orang yang masuk dalam kehidupan zuhud (konsentrasi dalam ibadah) tidak otomatis terbebas dari takabbur. Misalnya dengan zuhudnya itu, merasa lebih layak dikunjungi daripada mengunjungi. Lebih layak dibantu daripada membantu, menganggap orang lain sengsara di neraka dan merasa hanya dirinya yang selamat. dst. Rasulullah bersabda :
“Jika kamu mendengar ada orang yang berkata : “Binasa semua manusia” maka dialah yang paling dahulu binasa.” HR Muslim.
Dengan pernyataan ini ia membanggakan diri dan meremehkan orang lain.
3. Hasab (kedudukan) dan Nasab (keturunan)
Orang yang berasal dari keluarga terhormat mudah meremehkan orang lain yang datang dari keluarga bukan terhormat, meskipun orang itu lebih baik ilmu dan amalnya, dan bahkan takabbur karena faktor ini sering kali membuat ia menganggap orang lain sebagai budaknya, dan rasa keberatan untuk berbaur dengan mereka.
Dari Abu Dzarr ra berkata: Suatu hari pernah aku bersengketa dengan seseorang (Bilal) di hadapan Nabi. Lalu aku berkata kepada orang itu “Hai anak hitam”. Nabi segera memotong ucapanku: “Hai Abu Dzarr, tiada lebih baik orang putih dari yang hitam, kecuali dengan taqwa”. Mendengar itu saya berbaring dan mempersilahkan Bilal untuk menginjak-injak muka saya. HR Ahmad.
Dalam hadits di atas, Rasulullah segera menegur orang yang merasa lebih baik keturunannya. Dan Abu Dzarr segera bertaubat menyesali perbuatannya.
4. Al Jamal (ketampanan/kecantikan)
Takabbur karena faktor ini lebih banyak terjadi di kalangan wanita, terwujud dalam celaan, atau gunjingan terhadap kekurangan fihak lain.
Aisyah ra berkata : Ada seorang wanita yang ingin bertemu Nabi, dan aku katakan kepada Nabi dengan isyarat tanganku yang menunjukkan bahwa wanita itu pendek. Sabda Nabi ketika itu :”Sesungguhnya kamu telah menggunjingnya”.
Sikap ini muncul karena adanya kesombongan dalam diri orang seperti Aisyah yang berpostur tubuh lebih baik dari orang tadi. Sebab jika ia berpostur tubuh pendek seperti orang yang diceritakan itu, tentu ia tidak akan mengatakannya.
5. Al Maal (kekayaan)
Takabbur karena kekayaan ini banyak terjadi di kalangan pejabat, penguasa, pedagang, tuan tanah, dan mereka yang memilikinya. Orang yang merasa lebih kaya meremehkan orang yang dipandang kurang kaya dengan ucapan maupun sikap-sikap lainnya. Seperti ungkapan : “uang jajan anak saya sehari, cukup kamu makan seumur hidupmu, dst.
Hal ini terjadi karena ketidak tahuannya akan fadhilah (keutamaan) orang miskin dan bahaya kekayaan. Seperti yang pernah terjadi pada pemilik dua kebun yang congkak dan akhirnya binasa (QS. 18:34-42) atau Qarun yang akhirnya binasa bersama hartanya (QS 28:79-81).
Surat al-Qashash ayat 79-81 :
لَيْتَ يَا الدُّنْيَا الْحَيَاةَ يُرِيدُونَ الَّذِينَ قَالَ زِينَتِهِ فِي قَوْمِهِ عَلَى فَخَرَجَ
عَظِيمٍ حَظٍّ لَ ذُوإِنَّهُ قَارُونُ أُوتِيَ مَا مِثْلَ لَنَا
Artinya : Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". (79)
وَعَمِلَ آمَنَ لِمَنْ خَيْرٌ اللَّهِ ثَوَابُ وَيْلَكُمْ الْعِلْمَ أُوتُوا الَّذِينَ وَقَالَ
الصَّابِرُونَ اإِل هَا قَّايُلَاوَل صَالِحًا
Artinya : Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar". (80)
دُونِ مِنْ يَنْصُرُونَهُ فِئَةٍ مِنْ لَهُ كَانَ فَمَا الأرْضَ وَبِدَارِهِ بِهِ فَخَسَفْنَا
الْمُنْتَصِرِينَ مِنَ كَانَ وَمَا اللَّهِ
Artinya : Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (81)
6. Al Quwwah (kekuatan)
Kekuatan dan kegagahan dapat memunculkan takabbur atas mereka yang lemah dan tidak berdaya.
7. Al Atba’ (pengikut/pendukung)
Banyaknya pengikut, pendukung, murid, keluarga, kerabat, dsb. sering memunculkan kesombongan pada orang yang memilikinya. Seorang guru menjadi takabbur karena merasa banyak muridnya. Seorang pejabat menjadi takabbur karena banyak pengikutnya, dst.
Dampak / akibat dan hukum perilaku takabbur (dalil nagli)
1. Jauh dari kebenaran. Firman Allah :
“ Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku” (surat Al A’Raaf ayat 146)
يَرَوْا وَإِنْ الْحَقِّ بِغَيْرِ الأرْضِ فِي يَتَكَبَّرُونَ الَّذِينَ آيَاتِيَ عَنْ سَأَصْرِفُ
وَإِنْ سَبِيلا يَتَّخِذُوهُ لا الرُّشْدِ سَبِيلَ يَرَوْا وَإِنْ بِهَا يُؤْمِنُوا لا آيَةٍ كُلَّ ا
غَافِلِينَ عَنْهَا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا كَذَّبُوا بِأَنَّهُمْ ذَلِكَ سَبِيل يَتَّخِذُوهُ الْغَيِّ سَبِيلَ يَرَوْا
Artinya : Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya.
2. Terkunci mati hatinya. Firman Allah :
“Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang” (Surat Al Mu’min ayat 35)
اللَّهِ عِنْدَ مَقْتًا كَبُرَ أَتَاهُمْ سُلْطَانٍ بِغَيْرِ اللَّهِ آيَاتِ فِي يُجَادِلُونَ الَّذِينَ
جَبَّارٍ مُتَكَبِّرٍ قَلْبِ كُلِّ عَلَى اللَّهُ يَطْبَعُ كَذَلِكَ آمَنُوا الَّذِينَ وَعِنْدَ
Artinya : (Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.
3. Mengalami kegagalan dan kebinasaan. Firman Allah :
“..dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala” (Surat Ibrahim ayat 35)
الأصْنَامَ نَعْبُدَ أَنْ وَبَنِيَّ وَاجْنُبْنِي آمِنًا الْبَلَدَ هَذَا اجْعَلْ رَبِّ اهِيمُ إِبْرَقَالَ وَإِذْ
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
4. Tidak disukai Allah. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” (Surat An Nahl ayat 23)
الْمُسْتَكْبِرِينَ يُحِبُّ لا إِنَّهُ يُعْلِنُونَ وَمَا يُسِرُّونَ مَا يَعْلَمُ اللَّهَ أَنَّ جَرَمَ لا
Artinya : Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.
5. Tidak akan masuk sorga. Sabda Nabi :
“Tidak akan masuk sorga orang yang di hatinya ada sebiji sawi kesombongan” HR. Muslim
6. Akan menjadi penghuni neraka Jahannam.
“ Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku(berdoa) akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina” (Surat Al Mu’min ayat 60)
عَنْ يَسْتَكْبِرُونَ الَّذِينَ عِبَادَتِي إِنَّ لَكُمْ أَسْتَجِبْ ادْعُونِي رَبُّكُمُ وَقَالَ
دَاخِرِينَ سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ
Artinnya : Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina".
Tindakan preventif/pengobatan/penghindaran dari perbuatan takabbur
Takabbur adalah penyakit berbahaya yang bisa menyerang siapa saja. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ini harus dilakukan dengan serius. Pengobatan intensif terhadap pengidap penyakit ini harus dilakukan dengan cermat dan seksama.
Terdapat dua tahapan utama dalam melakukan terapi penyakit takabbur, yaitu :
1. Pencabutan akar dan pohonnya dari hati.
Untuk mencabut pohon takabbur beserta akar-akarnya diperlukan dua kekuatan, yaitu ilmu dan amal
a) Ilmu yang dibutuhkan dalam hal ini adalah ma’rifatunnafsi (mengenal diri sendiri) dan ma’rifatullah (mengenal Allah). Dua hal ini sudah cukup untuk mencabut akar takabbur dari hati manusia. Sebab jika seseorang sudah mengenali dirinya sendiri dengan pengenalan yang benar, maka ia akan sadar bahwa ia adalah makhluk hina, lebih lemah dari lainnya, lebih miskin dari siapapun juga. Tidak ada yang pantas baginya kecuali tawadhu’ kepada sesama. Dan jika ia mengenali Allah dengan sebenarnya maka akan diketahuinya bahwa tidak ada yang layak untuk takabbur kecuali Allah – Allahu Akbar.
b) Amal yang dibutuhkan adalah sikap tawadhu’ kepada sesama manusia karena Allah, dengan senantiasa meneladani akhlak orang-orang shalih sebelumnya seperti akhlak Rasulullah SAW yang makan di atas tanah (tanpa kursi) dan mengatakan :”Sesungguhnya aku adalah hamba biasa yang makannya seperti hamba lainnya”
Tawadhu’ tidak cukup dengan ilmu, ia harus berupa amal. Dari itulah rukun Islam utama setelah syahadat adalah menegakkan shalat karena dalam shalat itu terdapat sekian banyak rahasia hidup dan yang terpenting adalah pembiasaan agar seorang muslim yang mendirikan shalat dengan ruku’ dan sujudnya terbiasa tawadhu’ serta tidak lagi sombong.
Ada banyak hal yang dapat digunakan untuk menguji keberadaan takabbur pada diri seseorang, antara lain lima hal berikut ini :
a. Berdiskusi dengan sesama teman. Jika kebenaran muncul dari orang lain, bagaimanakah tanggapannya, keberatan atau menrima dengan senang.
b. Berkumpul dalam sebuah haflah (acara). Lalu ada orang lain yang lebih diprioritaskan, apakah sikapnya keberatan atau tidak.
c. Memenuhi undangan orang miskin. Pergi ke pasar membelikan sesuatu untuk orang lain
d. Membawa keperluan sendiri, keluarga, atau sahabat dari pasar atau tempat lainnya sampai rumah. Jika keberatan maka ada takabbur. Jika mau karena terpaksa maka itu kemalasan. Jika mau karena disaksikan banyak orang maka itu riya’.
e. Mengenakan pakaian yang sudah kusam. Dsb.
Inilah beberapa kondisi berkumpulnya riya’ dan takabbur pada seseorang. Jika dalam keramaian maka riya’ ikut menjebak, jika dalam kesepian takabbur terus mengintai.
Dengan mengenali keburukan kita kenali kebaikan. Dan dengan mengenali penyakit kita temukan obatnya.
2. Penghindaran dan pengendalian diri
Penyebab takabbur adalah prestasi yang pernah dicapai manusia. Ketidak siapan dan ketidak mampuan menerima hasil dari penyebab-penyebab tertentu berpotensi melahirkan sikap takabbur.
0 komentar:
Posting Komentar